Kamis, 29 November 2012

BAHASA DAN BERBAHASA



Bahasa dan berbahasa adalah dua hal yang berbeda. Bahasa adalah alat verbal yang digunakan untuk berkomunikasi, sedangkan berbahasa adalah proses penyampaian informasi dalam berkomunikasi itu. Pada bagian awal telah disebutkan bahwa bahasa adalah objek kajian linguistik, sedangkan berbahasa objek kajian psikologi.
1.      Hakikat Bahasa
Para pakar linguistik deskriftif biasanya mendefenisikan bahasa sebagai suatu sistem lambang bunyi yang bersifat arbiter, yang lazim ditambah dengan yang digunakan oleh sekelompok anggota masyarakat untuk berinteraksi dan mengidentifikasi diri.(Chaer, 1994). Bagian utama dari defenisi di atas menyatakan hakikat bahasa itu, dan bagian tambahan menyatakan apa fungsi bahasa itu.
2.      Asal-Usul Bahasa
Banyak teori telah dilontarkan para pakar mengenai asal usul bahasa ini. Beberapa diantanya dibicarakan di bawah ini:
F.B Condillac seorang filsuf bangsa Perancis berpendapat bahwa bahasa itu berasal dari teriakan-teriakan dan gerak-gerik badan yang bersifat naluri yang dibangkitkan oleh perasaan emosi yang kuat.Kemudian teriakan-teriakan ini berubah menjadi bunyi-bunyi yang bermakna dan lama kelamaan semakin panjang dan rumit. Menurut Von Hender bahasa itu terjadi dari proses onomatope, yaitu peniruan bunyi alam. Bunyi-bunyi alam yang ditiru ini merupakan benih yang yang tumbuh menjadi bahasa sebagai akibat dari dorongan hati yang sangat kuat untuk berkomunikasi.
Von Schlegel, seorang ahli filsafat bangsa Jerman, berpendapat bahwa bahasa-bahasa yang ada di dunia ini tidak mungin bersumber dari satu bahasa. Asal-usul bahasa itu sangat berlainan tergantung pada faktor-faktor yang mengatur tumbuhnya bahasa itu.
Brooks (1975) memperkenalkan satu teori mengenai asal-usul bahasa yang sejalan dengan perkembangan psikolinguistik dewasa. Menurut Brooks bahasa itu lahir pada waktu yang sama dengan kelahiran manusia. Menurut hipotesis Brooks bahasa pada mulanya berbentuk bunyi-bunyi tetap untuk menggantikan atau sebagai symbol bagi benda, hal, atau kejadian tetap disekitar yang dekat dengan bunyi-bunyian itu. Kemudian bunyi-bunyi itu dipakai bersama oleh orang-orang ditempat itu.
Sejalan dengan Brooks, Philip Lieberman (1975) juga mengemukakan satu teori mengenai asal usul bahasa.Kalau Brooks merujuk pada hipotesis nurani yang berasal dari Descrartes, maka Liberman melangkah jauh kebelakang. Menurut Liberman bahasa lahir secara evolusi sebagai yang dirumuskan oleh Darwin (1859) dengan teori evolusinya.
3.      Fungsi Bahasa
Jawaban tradisional atas pernyataan apakah fungsi bahasa adalah bahwa bahasa itu adalah alat interaksi sosial, dalam arti alat untuk menyampaikan pikiran, gagasan, konsep, atau perasaan (Chear,1995). Wardhaugh (1972) seorang pakar sosiolinguistik juga mengatakan bahwa fungsi bahasa adalah alat komunikasi manusia, baik lisan maupun tulisan. Menurut Kinneavy ada lima fungsi dasar bahasa yaitu: fungsi eksfresi, fungsi informasi, fungsi eksplorasi, fungsi persuasi, dan fungsi entertainment. (Michel, 1967:51).
Kelima fungsi dasar ini mewadahi konsep bahwa bahasa alat untuk melahirkan ungkapan-ungkapan batin yang ingin disampaikan seorang penutur kepada orang lain. Fungsi informative adalah fungsi untuk menyampaikan pesan atau amanat kepada orang lain. Fungsi eksplorasi adalah penggunaan bahasa untuk menjelaskan suatu hal. Fungsi persuasi adalah penggunaan bahasa yang bersifat mempengaruhi atau mengajak orang lain untuk melakukan atau tudak tidak melakukan sesuatu secara baik-baik. Fungsi entertaimen adalah penggunaan bahasa dengan maksud menghibur, menyenangkan, atau memuaskan perasaan batin.
4.      Proses Berbahasa
Berbahasa merupakan gabungan berurutan antara dua proses yaitu proses produktif dan proses reseptif. Proses produktif berlangsung pada diri pembicara yang menghasilkan kode-kode bahasa yang bermakna dan berguna. Sedangkan proses reseptif berlangsung pada diri pendengar yang menerima kode-kode bahasa yang bermakna dan berguna yang disampaikan oleh pembicara melalui alat-alat pendengar.
Proses produksi atau proses rancangan berbahasa disebut encode. Sedangkan proses penerimaan, perekaman, dan pemahaman disebut proses decode.
Proses decode dimulai dengan decode fonologi, yakni penerimaan unsure-unsur bunyi melalui telinga pendengar. Kemudian dilanjutkan dengan encode gramatikal, yakni pemahaman bunyi itu sebagai satuan gramatikal. Lalu diakhiri dengan decode semantic, yakni pemahaman akan konsep-konsep atau ide-ide yang dibawa oleh kode tersebut Proses decode ini terjadi dalam otak pendengar.
Pesan encode dan proses decode dari pesan, amanat, atau perasaan, terangkum dalam suatu konsep yang disebut poses komunikasi.
Proses berbahasa produktif dan proses berbahasa reseptif dapat dianalisis dengan pendekatan prilaku(behaviorisme)dan pendekatan kognitif. Proses produktif dimulai tahap pemunculan ide, gagasan, perasaan, atau apa saja yang ada dalam pemikiran seorang pembicara. Tahap awal ini disebut tahap idealisasi, yang selanjutnya disambung dengan tahap perancangan, yakni tahap pemilihan bentuk-bentuk bahasa untuk mewadahi gagasan, ide, atau perasaan yang akan disampaikan. Perancangan ini meliputi komponen bahasa sintaksis, semantic, dan fonologi.Berikutnya adalah tahap pelaksanaan.Pada tahap ini secara psikologi orang melahirkan kode verbal atau secara linguistic orang melahirkan arus ujaran.
Proses reseptif dimulai dengan tahapan rekognisi atau pengenalan akan arus ujaran yang disampaikan. Mengenal (rekognisi) berarti menimbulkan kembali kesan yang pernah ada. Tahap pengenalan dilanjutkan dengan tahap identifikasi, yaitu proses mental yang dapat membedakan bunyi yang kontrastif, frase, kalimat, teks, dan sebagainya. Setelah tahap identifikasi ini dilalui, maka sampailah pada tahap pemahaman, sebagai akhir dari suatu proses berbahasa.

Minggu, 25 November 2012

SEJARAH PERKEMBANGAN PSIKOLINGUISTIK



Pada awal perkembangannya, psikolinguistik bermula dari adanya pakar linguistik yang berminat pada psikologi dan adanya pakar psikologi yang berkecimpung dalam linguistik. Dilanjutkan dengan adanya kerja sama antara pakar linguistik dan pakar psikologi, dan kemudian muncullah pakar-pakar psikolinguistik sebagai disiplin mandiri.

1.      Psikologi dalam Linguistik
Dalam sejarahnya kajian linguistik ada sejumlah pakar linguistik yang menaruh perhatian besar pada psikologi.Diantara mereka yang diketengahkan adalah Wilhelm Von Humboldt, Ferdinand de Saussure, Edward Sapir, Leonard Bloomfield, dan Otto Jespersen.
Von Humboldt (1767-1835), pakar linguistik berkebangsaan Jerman, telah mencoba mengkaji hubungan antara bahasa dengan pemikiran manusia. Caranya dengan membandingkan tata bahasa dari bahasa-bahasa yang berlainan dengan tabiat-tabiat bangsa-bangsa penutur bahasa itu.
Ferdinand de Saussure (1858-1913), pakar linguistik berkebangsaan Swiss, telah berusaha menerangkan apa sebenarnya bahasa itu (linguistik), dan bagaimana keadaan bahasa itu di dalam otak (psikologi). Beliau memperkenalkan tiga istilah tentang bahasa yaitu langage (bahasa umumnya bersifat abstrak), Langue (bahasa tertentu yang bersifat abstrak), parole (bahasa sebagai tuturan konkret).
Edward Sapir (1884-1939), pakar linguistik dan antropologi bangsa Amerika, telah mengikutsertakan psikologi dalam pengkajian bahasa. Menurut Sapir, psikolinguistik dapat memberikan dasar ilmiah yang kuat dalam pengkajian bahasa. Beliau juga mencoba mengkaji hubungan bahasa dengan pemikiran.Dari kajian itu beliau berkesimpulan bahwa bahasa terutama strukturnya merupakan unsur yang menetukan struktur pemikiran manusia.
Leonard Bloomfield (1887-1949), pakar linguistik bangsa Amerika dalam usahanya menganalisis bahasa telah dipengaruhi oleh dua aliran psikologi yang saling bertentangan, yaitu mentalisme dan behaviorisme. Pada mulanya beliau menganalisis bahasa menurut prinsip-prinsip mentalisme yang sejalan dengan teori psikologi Wundt).Di sini beliau berpendapat bahwa berbahasa dimulai dari melahirkan pengalaman yang luar biasa, terutama sebagai penjelmaan dari adanya tekanan emosi yang sangat kuat.Kemudian, sejak tahun 1925, Bloomfield meninggalkan psikologi mentalisme Wundt, lalu menganut paham psikologi behaviorisme Watson dan Weiss.Beliau menerapkan teori psikologi behaviorisme dalam teori bahasanya yang kini dikenal sebagai linguistik structural atau linguistik taksonomi.
Otto Jespersen, Pakar linguistik berkebangsaan Denmark, telah menganalisis bahasa menurut pikologi mentalistik yang juga sedikit berbau behaviorisme.Jespersen berpendapat bahwa bahasa bukanlah satu wujud dalam pengertian satu benda seperti sebuah meja atau seekor kucing melainkan merupakan satu fungsi manusia sebagai lambing-lambang di dalam otak yang melambangkan pikiran atau yang membangkitkan pikiran itu.Beliau juga berpendapat bahwa berkomunikasi haris dilihat dari sudut perilaku.

2.      Linguistik dalam Psikologi
Dalam sejarahnya perkembangan psikologi ada sejumlah pakar psikologi ada sejumlah pakar psikologi yang menaruh perhatian pada linguistik.Diantara mereka yang patut diketengahkan adalh John Dewey, Karl Buchler, Wundt, Watson, dan Weiss.
John Dewey (1859-1952), pakar psikologi berkebangsaan Amerika, seorang empirisme murni. Beliau mengkaji behasa dan perkembangannya dengan cara menafsirkan analisis linguisti kanak-kanak berdasarkan prinsip-prinsip psikologi. Dengan cara inilah maka, berdasarkan prinsip-prinsip psikologi akan dapat ditentukan hubungan antara kata-kata adverbial dan preposisidistu pihak dengan kata-kata berkelas nomina dan adjektiva dipihak lain. Jadi, dengan pengkajian kelas kata berdasarkan pemahaman kanak-kanak kita dapat menetukan kecendrungan akal (mental) kanak-kanak yang dihubungkan dengan perbedaan-perbedaan linguistik. Pengkajian seperti ini, menurut Dewey akan memberikan bantuan yang besar kepada psikologi bahasa pada umumnya.
Karl Buchler, pakar linguistik berkebanngsaan Jerman, Dalam bukunya Sprach Theorie (1934), beliau menyatakan bahwa bahasa manusia itu mempunyai tiga fungsi yang disebut Kungabe (kemudian disebut Ausdruck) Appell (yang sebelumnya disebut Auslosung), dan Darstellung. Yang dimaksud dengan Kungabe adalh tindakan komunikatif yang diwujudkan dalam bentuk verbal. Appell adalah permintaan yang ditujukan kepada orang lain. Sedangkan darstellung adalah penggambaran pokok masalah yang dikomunikasikan.
Wundt (1832-1920) ahli psikologi berkebangsaan Jerman, orang pertama yang mengembangkan secara sistematis teori mentalistik bahasa.Beliau menyatakan bahwa bahasa adalah alat untuk melahirkan pikiran.Di samping itu, Wundt juga dikenal sebagai pengembang teori performansi bahasa (language performance).Teori ini didasarkan pada analisis psikologi yang dilakukannya terdiri dari dua aspek yaitu, 1.Fenomena luar yang berupa cipta bunyi, dan 2.Fenomena dalam yang berupa rentetan pikiran.Hal ini menujukkan bahwa analisis yang dibuat Wundt terhadap hubungan system fenomena linguistik (bahasa). Dengan kata lain, interaksi antara fenomena dalam akan dapat dipahami dengan lebih baik melalui pengkajian struktur bahasa.
Watson (1878-1958) ahli psikologi behaviorisme berkebangsaan Amerika, Beliau menempatkan prilaku berbahasa sama dengan prilaku atau kegiatan lainnya, seperti makan, berjalan, dan melompat. Pada mulanya Watson hanya menghubungkan perilaku berbahasa yang implisit, yakni yang terjadi di dalam pikiran, dengan yang eksplisit, yakni yang berupa tuturan.Namun, kemudiandia telah menyamakan berbahasa itu dengan teori stimulus respons (S-R) yang dikembangkan oleh Pavlov.
Weiss, ahli psikologi behaviorisme Amerika, Beliau mengakui adanya aspek mental dalam bahasa.Namun karena wujudnya tidak memiliki kekuatan bentuk fisik, maka terwujudnya itu sukar dikaji atau ditunjukkan.Oleh karena itu, Weiss lebih cenderung mengatakan bahwa bahasa itu sebagai satu bentuk prilaku apabila seseorang menyesuaikan dirinya dengan lingkungan sosialnya.

3.      Kerja sama Psikologi dan Linguistik
Kerja sama secara langsung antara disiplin psikologi dan linguistik dimulai sejak 1860. Yaitu oleh Heyman Steinthal, seorang ahli psikologi yang yang beralih menjadi ahli linguistik, dan Moria Lazarus seorang ahli linguistik yang beralih menjadi ahli psikologi dengan menerbitkan sebuah jurnal yang khusus membicarakan masalah psikologi bahasa dari sudut linguistik dan psikologi.
Menurut Steinthal, sebuah ilmu psikologi tidak mungkin dapat hidup tanpa sebuah ilmu bahasa. Juga dikatakannya bahwa satu-satunya jalan untuk masuk ke dalam akal manusia adalah melalui hukum-hukum asal bahasa dan bukan melalui pancaindra manusia. Kerja sama ini lebih erat dilakukanpada tahun 1901 di Jerman oleh Albert Thumb seorang ahli linguistik dengan Karl Marbe seorang ahli psikologi yang memnerbitkan buku Experimentelle Untersuchungen iiber die Psychologishen Grundlagen der Sprachlichen ana logiebieldung sebagai hasil kerja samanya. Secara khusus Thumb dan Marbe telah melakukan kajian yang mendalam mengenai bahasa dengan cara melakukan kerjasama antara analisis linguistik dari analogi dengan analisis psikologi dari hubungan pertuturan bahasa.
Dasar-dasar psikolinguistik menurut beberapa pakar di dalam buku yang disunting oleh Osgood dan Sebeok di atas adalah sebagai berikut:
1.      Psikolinguistik adalah satu teori linguistik berdasarkan bahasa yang dianggap sebagai sebuah system elemen yang saling berhubungan.
2.      Psikolinguistik adalah satu teori pembelajaran (menurut teori behaviorisme) berdasarkan bahasa yang dianggap sebagai satu system tabiat dan kemampuan kemampuan yang menghubungkan isyarat dengan perilaku.
3.      Psikolinguistik adalah satu teori informasi yang menganggap bahasa sebagai sebuah alat untuk menyampaikan suatu benda.
Perkembangan disiplin ilmu psikolinguistik telah merangsang Mehler dan Noizet (1974), menuliskan ada tiga generasi perkembangan psikolinguistik.
1.      Psikolinguistik Generasi Pertama
Ditandai oleh penulisan artikel “Psycholinguistics : A Survey of Thery and Research Problems” yang disunting oleh C. Osgoods dan Sebeok. Maka kedua tokoh ini dinobatkan sebagai tokoh psikolinguistik generasi pertama. Menurut Parera (1996) dalam Abdul Chaer generasi pertama memiliki tida kelemahan :
a. Adanya sifat reaktif dari psikolinguistik tentang bahasa yang memandang bahwa bahasa bukanlah satu tindakan atau perbuatan manusiawi melainkan dipandang sebagai satu stimulus-respons.
b. Psikolinguistik bersifat atomistik. Sifat ini nampak jelas ketika Osgoods mengungkapkan teori pemerolehan bahasa bahwa jumlah pemerolehan bahasa adalah kemampuan untuk membedakan kata atau bentuk yang berbeda, dan kemampuan untuk melakukan generalisasi.
c. Bersifat individualis. Teorinya menekankah pada eprilaku berbahasa individu-individu yang terisolasi dari amsyarakat dan komunikasi nyata.
2. Psikolinguistik Generasi Kedua
Psikologi generasi ini berpendapat bahwa dalam proses berbahasa bukanlah butir-butir bahasa yang diperoleh, melaikan kaidah dan sistem kaidahnya. Penggabungan antara Miller dan Chomsky merupakan penggabungan model linguistik tatabahasa yang relatif berbeda dengan proses psikologi. Tokoh fase ini lebih mengarah pada manifestasi ujaran sebagai bentuk linguistik. G.S. Miller dan Noam Chomsky menyatakan beberapa hal tentang psikolinguistik:
a. Dalam komunikasi verbal, tidak semua ciri-ciri fisiknya jelas dan terang, dan tidak semua cirinya terang dalam ujaran.
b. Makna sebuah tuturan tidak boleh dikacaukan dengan apa yang ditunjukkan. Makna adalah sesuatu yang sangat kompleks yang menyangkut antar hubungan simbol-simbol atau lambang-lambang
c. Struktur sintaksis sebuah kalimat terdiri atas satuan interaksi antara makna kata yang terdapat dalam kalimat tersebut.
d. Jumlah kalimat dan jumlah makna yang dapat dinyatakan tidak terbatas jumlahnya.
e. Ada komponen biologis yang besar untuk menentukan kemampuan berbahasa. Kemampuan berbahasa ini tidak tergantung pada intelegensi dan besarnya otak, melainkan bergantung pada “manusia”.
3. Psikolinguistik Generasi Ketiga
Kekurangan analisis pada psikolinguistik generasi kedua kemudian diperbaharui oleh psikolinguistik generasi ketiga. G. Werstch dalam bukunya Two Problems for the New Psycholinguistics memberi karakteristik baru ilmu ini sebagai “psikolinguistik baru”.
Beberapa ciri psiklonguistik generasi ketiga ini adalah :
a. Orientasinya kepada psikologi, tetapi bukan psikologi perilaku.
b. Keterlepasan mereka dari kerangka “psikolinguistik kalimat”, dan lebih mengarah pada “psikolnguistik situasi dan konteks”.
c. Adanya pergeseran dari analisis proses ujaran yang abstrak ke satu analisis psikologis mengenai komunikasi dan pikiran.

Kamis, 15 November 2012

PSIKOLINGUISTIK


PSIKOLINGUISTIK
Menurut Foos (dalam Herman J. Waluyo, 2006:1) psikolinguistik adalah ilmu yang menelaah tentang apa yang diperoleh seseorang, jika mereka melaksanakan proses perolehan bahasa (language acquisition); bagaimana mereka memperoleh bahasa (producing language and speech); bagaimana mereka menggunakan bahasa dalam proses mengingat dari memahami bahasa itu (comprehension and memory). Psikolinguistik berhubungan erat dengan psikologi kognitif, yakni psikologi yang membahasa tentang pemahaman dan berfikir.
Dari pengertian yang dinyatakan Foos tersebut dapat dilihat, bahwa psikolinguistik berhubungan dengan: (1) proses perolehan bahasa, (2) proses produksi bahasa, dan (3) proses pemahaman dan ingatan. Dalam proses produksi bahasa dibahas juga proses kerja otak manusia. Dalam hal ini kita berhadapan dengan neorolinguistik. Dalam proses perolehan bahasa, kita dihadapkan juga dengan perkembangan bahasa anak. Dalam proses pemahaman bahasa, kita dihadapkan dengan proses mengingat bahasa, dan keduanya merupakan proses bagaimana seseorang mengerti bahasa.
Psikolinguistik mempelajari faktor-faktor psikologis dan neurobiologis yang memungkinkan manusia mendapatkan, menggunakan, dan memahami bahasa. Kajiannya semula lebih banyak bersifat filosofis, karena masih sedikitnya pemahaman tentang bagaimana otak manusia berfungsi. Oleh karena itu psikolinguistik sangat erat kaitannya dengan psikologi kognitif. Penelitian modern menggunakan biologi, neurologi, ilmukognitif, dan teoriinformasi untuk mempelajari cara otak memproses bahasa.
Sosiolinguistik yang mengacu pada pemahaman terhadap konteks sosial tempat terjadinya peristiwa komunikasi. Kemampuan kewacanaan mengacu pada interpretasi terhadap unsur-unsur pesan secara individual, hubungan antara pesan-pesan itu dalam suatu wacana, (koherensi) serta keseluruhan makna wacana.
PENGERTIAN PSIKOLINGUISTIK
Linguistik  adalah  ilmu  yang mempelajari  bahasa secara ilmiah  (Kridalaksana, 1982: 99). Sejalan dengan  pendapat di atas Martinet (1987: 19) mengemukakan bahwa linguistik adalah telaah ilmiah mengenai bahasa manusia. Secara lebih rinci dalam Webster’s New Collegiate Dictionary (Nikelas,  1988: 10) dinyatakan linguistics is the study of human speech including the units, nature, structure, and modification of language ‘linguistik adalah studi tentang ujaran manusia termasuk unit-unitnya, hakikat bahasa, struktur, dan perubahan-perubahan  bahasa’.
Untuk lebih jelasnya, mengenai pengertian psikolinguistik berikut ini dikemukakan beberapa Pengertian Psikolinguistik:
1.      Aitchison (Dardjowidojo,2003: 7) berpendapat bahwa psikolinguistik adalah studi tentang bahasa dan minda. Sejalan dengan pendapat di atas. Field (2003: 2) mengemukakan psycholinguistics explores the relationship between the human mind and language ‘psikolinguistik membahas hubungan antara otak manusia dengan bahasa’. Mind atau otak beroperasi ketika terjadi pemakaian bahasa.
2.      Harley (Dardjowidjojo,2003: 7) berpendapat  bahwa psikolinguistik adalah studi tentang proses mental-mental dalam pemakaian bahasa. Sebelum menggunakan bahasa, seorang pemakai bahasa terlebih dahulu memperoleh bahasa. Dalam kaitan ini  Levelt (Marat,1983: 1) mengemukakan bahwa psikolinguistik adalah suatu studi mengenai penggunaan dan perolehan bahasa oleh manusia.
3.      Kridalaksana  (1982: 140) pun berpendapat sama dengan menyatakan bahwa psikolinguistik adalah ilmu yang mempelajari hubungan  antara bahasa dengan perilaku dan akal budi manusia serta kemampuan berbahasa dapat diperoleh. Dalam proses berbahasa terjadi proses memahami dan menghasilkan ujaran,  berupa kalimat-kalimat.
4.      Emmon Bach (Tarigan, 1985: 3) mengemukakan bahwa psikolinguistik adalah suatu ilmu yang meneliti bagaimana sebenarnya para pembicara/pemakai  bahasa membentuk/ membangun kalimat-kalimat bahasa tersebut.
5.      Sejalan dengan pendapat di atas Slobin (Chaer,2003: 5) mengemukakan bahwa psikolinguistik mencoba menguraikan proses-proses psikologi yang berlangsung jika seseorang mengucapkan kalimat-kalimat yang didengarnya pada waktu berkomunikasi dan bagaimana kemampuan bahasa diperoleh manusia.
6.      Chaer (2003: 6)  berpendapat bahwa  psikolinguistik mencoba menerangkan hakikat struktur bahasa, dan bagaimana struktur itu diperoleh, digunakan pada waktu bertutur, dan pada waktu memahami kalimat-kalimat dalam pertuturan itu.

Pada hakikatnya dalam kegiatan berkomunikasi terjadi proses memproduksi dan memahami ujaran.  Dalam kaitan ini Garnham (Musfiroh, 2002: 1) mengemukakan Psycholinguistics is the study of a mental mechanisms that nake it possible for people to use language. It is a scientific discipline whose goal is a coherent theory of the way in which language is produce and understood ‘Psikolinguistik adalah studi tentang mekanisme mental yang terjadi pada orang yang menggunakan bahasa, baik pada saat memproduksi atau memahami ujaran’.