Minggu, 25 November 2012

SEJARAH PERKEMBANGAN PSIKOLINGUISTIK



Pada awal perkembangannya, psikolinguistik bermula dari adanya pakar linguistik yang berminat pada psikologi dan adanya pakar psikologi yang berkecimpung dalam linguistik. Dilanjutkan dengan adanya kerja sama antara pakar linguistik dan pakar psikologi, dan kemudian muncullah pakar-pakar psikolinguistik sebagai disiplin mandiri.

1.      Psikologi dalam Linguistik
Dalam sejarahnya kajian linguistik ada sejumlah pakar linguistik yang menaruh perhatian besar pada psikologi.Diantara mereka yang diketengahkan adalah Wilhelm Von Humboldt, Ferdinand de Saussure, Edward Sapir, Leonard Bloomfield, dan Otto Jespersen.
Von Humboldt (1767-1835), pakar linguistik berkebangsaan Jerman, telah mencoba mengkaji hubungan antara bahasa dengan pemikiran manusia. Caranya dengan membandingkan tata bahasa dari bahasa-bahasa yang berlainan dengan tabiat-tabiat bangsa-bangsa penutur bahasa itu.
Ferdinand de Saussure (1858-1913), pakar linguistik berkebangsaan Swiss, telah berusaha menerangkan apa sebenarnya bahasa itu (linguistik), dan bagaimana keadaan bahasa itu di dalam otak (psikologi). Beliau memperkenalkan tiga istilah tentang bahasa yaitu langage (bahasa umumnya bersifat abstrak), Langue (bahasa tertentu yang bersifat abstrak), parole (bahasa sebagai tuturan konkret).
Edward Sapir (1884-1939), pakar linguistik dan antropologi bangsa Amerika, telah mengikutsertakan psikologi dalam pengkajian bahasa. Menurut Sapir, psikolinguistik dapat memberikan dasar ilmiah yang kuat dalam pengkajian bahasa. Beliau juga mencoba mengkaji hubungan bahasa dengan pemikiran.Dari kajian itu beliau berkesimpulan bahwa bahasa terutama strukturnya merupakan unsur yang menetukan struktur pemikiran manusia.
Leonard Bloomfield (1887-1949), pakar linguistik bangsa Amerika dalam usahanya menganalisis bahasa telah dipengaruhi oleh dua aliran psikologi yang saling bertentangan, yaitu mentalisme dan behaviorisme. Pada mulanya beliau menganalisis bahasa menurut prinsip-prinsip mentalisme yang sejalan dengan teori psikologi Wundt).Di sini beliau berpendapat bahwa berbahasa dimulai dari melahirkan pengalaman yang luar biasa, terutama sebagai penjelmaan dari adanya tekanan emosi yang sangat kuat.Kemudian, sejak tahun 1925, Bloomfield meninggalkan psikologi mentalisme Wundt, lalu menganut paham psikologi behaviorisme Watson dan Weiss.Beliau menerapkan teori psikologi behaviorisme dalam teori bahasanya yang kini dikenal sebagai linguistik structural atau linguistik taksonomi.
Otto Jespersen, Pakar linguistik berkebangsaan Denmark, telah menganalisis bahasa menurut pikologi mentalistik yang juga sedikit berbau behaviorisme.Jespersen berpendapat bahwa bahasa bukanlah satu wujud dalam pengertian satu benda seperti sebuah meja atau seekor kucing melainkan merupakan satu fungsi manusia sebagai lambing-lambang di dalam otak yang melambangkan pikiran atau yang membangkitkan pikiran itu.Beliau juga berpendapat bahwa berkomunikasi haris dilihat dari sudut perilaku.

2.      Linguistik dalam Psikologi
Dalam sejarahnya perkembangan psikologi ada sejumlah pakar psikologi ada sejumlah pakar psikologi yang menaruh perhatian pada linguistik.Diantara mereka yang patut diketengahkan adalh John Dewey, Karl Buchler, Wundt, Watson, dan Weiss.
John Dewey (1859-1952), pakar psikologi berkebangsaan Amerika, seorang empirisme murni. Beliau mengkaji behasa dan perkembangannya dengan cara menafsirkan analisis linguisti kanak-kanak berdasarkan prinsip-prinsip psikologi. Dengan cara inilah maka, berdasarkan prinsip-prinsip psikologi akan dapat ditentukan hubungan antara kata-kata adverbial dan preposisidistu pihak dengan kata-kata berkelas nomina dan adjektiva dipihak lain. Jadi, dengan pengkajian kelas kata berdasarkan pemahaman kanak-kanak kita dapat menetukan kecendrungan akal (mental) kanak-kanak yang dihubungkan dengan perbedaan-perbedaan linguistik. Pengkajian seperti ini, menurut Dewey akan memberikan bantuan yang besar kepada psikologi bahasa pada umumnya.
Karl Buchler, pakar linguistik berkebanngsaan Jerman, Dalam bukunya Sprach Theorie (1934), beliau menyatakan bahwa bahasa manusia itu mempunyai tiga fungsi yang disebut Kungabe (kemudian disebut Ausdruck) Appell (yang sebelumnya disebut Auslosung), dan Darstellung. Yang dimaksud dengan Kungabe adalh tindakan komunikatif yang diwujudkan dalam bentuk verbal. Appell adalah permintaan yang ditujukan kepada orang lain. Sedangkan darstellung adalah penggambaran pokok masalah yang dikomunikasikan.
Wundt (1832-1920) ahli psikologi berkebangsaan Jerman, orang pertama yang mengembangkan secara sistematis teori mentalistik bahasa.Beliau menyatakan bahwa bahasa adalah alat untuk melahirkan pikiran.Di samping itu, Wundt juga dikenal sebagai pengembang teori performansi bahasa (language performance).Teori ini didasarkan pada analisis psikologi yang dilakukannya terdiri dari dua aspek yaitu, 1.Fenomena luar yang berupa cipta bunyi, dan 2.Fenomena dalam yang berupa rentetan pikiran.Hal ini menujukkan bahwa analisis yang dibuat Wundt terhadap hubungan system fenomena linguistik (bahasa). Dengan kata lain, interaksi antara fenomena dalam akan dapat dipahami dengan lebih baik melalui pengkajian struktur bahasa.
Watson (1878-1958) ahli psikologi behaviorisme berkebangsaan Amerika, Beliau menempatkan prilaku berbahasa sama dengan prilaku atau kegiatan lainnya, seperti makan, berjalan, dan melompat. Pada mulanya Watson hanya menghubungkan perilaku berbahasa yang implisit, yakni yang terjadi di dalam pikiran, dengan yang eksplisit, yakni yang berupa tuturan.Namun, kemudiandia telah menyamakan berbahasa itu dengan teori stimulus respons (S-R) yang dikembangkan oleh Pavlov.
Weiss, ahli psikologi behaviorisme Amerika, Beliau mengakui adanya aspek mental dalam bahasa.Namun karena wujudnya tidak memiliki kekuatan bentuk fisik, maka terwujudnya itu sukar dikaji atau ditunjukkan.Oleh karena itu, Weiss lebih cenderung mengatakan bahwa bahasa itu sebagai satu bentuk prilaku apabila seseorang menyesuaikan dirinya dengan lingkungan sosialnya.

3.      Kerja sama Psikologi dan Linguistik
Kerja sama secara langsung antara disiplin psikologi dan linguistik dimulai sejak 1860. Yaitu oleh Heyman Steinthal, seorang ahli psikologi yang yang beralih menjadi ahli linguistik, dan Moria Lazarus seorang ahli linguistik yang beralih menjadi ahli psikologi dengan menerbitkan sebuah jurnal yang khusus membicarakan masalah psikologi bahasa dari sudut linguistik dan psikologi.
Menurut Steinthal, sebuah ilmu psikologi tidak mungkin dapat hidup tanpa sebuah ilmu bahasa. Juga dikatakannya bahwa satu-satunya jalan untuk masuk ke dalam akal manusia adalah melalui hukum-hukum asal bahasa dan bukan melalui pancaindra manusia. Kerja sama ini lebih erat dilakukanpada tahun 1901 di Jerman oleh Albert Thumb seorang ahli linguistik dengan Karl Marbe seorang ahli psikologi yang memnerbitkan buku Experimentelle Untersuchungen iiber die Psychologishen Grundlagen der Sprachlichen ana logiebieldung sebagai hasil kerja samanya. Secara khusus Thumb dan Marbe telah melakukan kajian yang mendalam mengenai bahasa dengan cara melakukan kerjasama antara analisis linguistik dari analogi dengan analisis psikologi dari hubungan pertuturan bahasa.
Dasar-dasar psikolinguistik menurut beberapa pakar di dalam buku yang disunting oleh Osgood dan Sebeok di atas adalah sebagai berikut:
1.      Psikolinguistik adalah satu teori linguistik berdasarkan bahasa yang dianggap sebagai sebuah system elemen yang saling berhubungan.
2.      Psikolinguistik adalah satu teori pembelajaran (menurut teori behaviorisme) berdasarkan bahasa yang dianggap sebagai satu system tabiat dan kemampuan kemampuan yang menghubungkan isyarat dengan perilaku.
3.      Psikolinguistik adalah satu teori informasi yang menganggap bahasa sebagai sebuah alat untuk menyampaikan suatu benda.
Perkembangan disiplin ilmu psikolinguistik telah merangsang Mehler dan Noizet (1974), menuliskan ada tiga generasi perkembangan psikolinguistik.
1.      Psikolinguistik Generasi Pertama
Ditandai oleh penulisan artikel “Psycholinguistics : A Survey of Thery and Research Problems” yang disunting oleh C. Osgoods dan Sebeok. Maka kedua tokoh ini dinobatkan sebagai tokoh psikolinguistik generasi pertama. Menurut Parera (1996) dalam Abdul Chaer generasi pertama memiliki tida kelemahan :
a. Adanya sifat reaktif dari psikolinguistik tentang bahasa yang memandang bahwa bahasa bukanlah satu tindakan atau perbuatan manusiawi melainkan dipandang sebagai satu stimulus-respons.
b. Psikolinguistik bersifat atomistik. Sifat ini nampak jelas ketika Osgoods mengungkapkan teori pemerolehan bahasa bahwa jumlah pemerolehan bahasa adalah kemampuan untuk membedakan kata atau bentuk yang berbeda, dan kemampuan untuk melakukan generalisasi.
c. Bersifat individualis. Teorinya menekankah pada eprilaku berbahasa individu-individu yang terisolasi dari amsyarakat dan komunikasi nyata.
2. Psikolinguistik Generasi Kedua
Psikologi generasi ini berpendapat bahwa dalam proses berbahasa bukanlah butir-butir bahasa yang diperoleh, melaikan kaidah dan sistem kaidahnya. Penggabungan antara Miller dan Chomsky merupakan penggabungan model linguistik tatabahasa yang relatif berbeda dengan proses psikologi. Tokoh fase ini lebih mengarah pada manifestasi ujaran sebagai bentuk linguistik. G.S. Miller dan Noam Chomsky menyatakan beberapa hal tentang psikolinguistik:
a. Dalam komunikasi verbal, tidak semua ciri-ciri fisiknya jelas dan terang, dan tidak semua cirinya terang dalam ujaran.
b. Makna sebuah tuturan tidak boleh dikacaukan dengan apa yang ditunjukkan. Makna adalah sesuatu yang sangat kompleks yang menyangkut antar hubungan simbol-simbol atau lambang-lambang
c. Struktur sintaksis sebuah kalimat terdiri atas satuan interaksi antara makna kata yang terdapat dalam kalimat tersebut.
d. Jumlah kalimat dan jumlah makna yang dapat dinyatakan tidak terbatas jumlahnya.
e. Ada komponen biologis yang besar untuk menentukan kemampuan berbahasa. Kemampuan berbahasa ini tidak tergantung pada intelegensi dan besarnya otak, melainkan bergantung pada “manusia”.
3. Psikolinguistik Generasi Ketiga
Kekurangan analisis pada psikolinguistik generasi kedua kemudian diperbaharui oleh psikolinguistik generasi ketiga. G. Werstch dalam bukunya Two Problems for the New Psycholinguistics memberi karakteristik baru ilmu ini sebagai “psikolinguistik baru”.
Beberapa ciri psiklonguistik generasi ketiga ini adalah :
a. Orientasinya kepada psikologi, tetapi bukan psikologi perilaku.
b. Keterlepasan mereka dari kerangka “psikolinguistik kalimat”, dan lebih mengarah pada “psikolnguistik situasi dan konteks”.
c. Adanya pergeseran dari analisis proses ujaran yang abstrak ke satu analisis psikologis mengenai komunikasi dan pikiran.

1 komentar: