Jumat, 24 Agustus 2012

Analisis Novel Pergolakan Karya Wildan Yatim


Analisis Unsur Intrinsik
1.      Analisis Judul
a.       Keadaan yaitu pergolakan hebat akibat peristiwa Pertentangan terhadap Guru Salam untuk pemurnian ajaran agama Islam di Gunung beringin kemudian pemberontakan PRRI dan aksi teror orang dari partai komunis.
Data:
“Ia pikir meski bagaimana ia tak perlu menempuh pergolakan hebat untuk melepaskan diri. Kalau mereka akan membawa dia ke air bayang lalu disiksa dengan listrik mesin cas ia akan menerima saja.”(88:1, Pegolakan)
“Saya kira kalau dibandingkan dengan perjuangan pergolakan dan pengorbanan yang dialaminya, pengornanan kita sekalian sedikit sekali.”(184:2, Pergolakan)
“Ya, kudengar sudah di Air bayang sekarang mereka tidak beroprasi kearah Talu. Desas-desusnya mereka lebih kedaerah kita ini. Terkabar daerah ini tempat pelarian terakhir pemimpin PRRI.”(71:5, Pergolakan)
“Disana teror disini teror. Meski yang melakukan berbeda. Disana famili raja, disini tentara pemberontakan. Dan setelah pemberontakan usai diganti oleh palu arit yang kian hari merajalela menteror bekas pemberontak dan orang-orang Muhammadiyah.”(105:1, Pegolakan)
·         Kesimpulan: Jadi analisis judul pada novel pergolakan adalah terletak pada keadaan yaitu  pergolakan hebat akibat peristiwa pertentangan terhadap Guru Salam untuk pemurnian ajaran agama Islam di Gunung beringin kemudian berganti pemberontakan PRRI dan aksi teror orang dari partai komunis.
2.      Analisis Tema
Perjuangan melawan pergolakan akibat teror-teror yaitu pertam dakwah pemirnian ajaran agam islam kemudian pemberontakan dan ancaman orang-orang komunis atau palu arit.
Data:
“Ya. Merenung di Gunung beringin dulu ia dan sebagian besar penduduk kena teror terus supaya jangan mengejar kemajuan dan keterbukaan. Di Tinjau laut malahan dapat teror lagi. Hanya sekitar dua bulan dulu ia dan penduduk sini merasa bebas mengadakan pengajian. Sudah itu semua terasa menekan. Sama saja ketika mereka tinggal di Gunung beringin. Disana teror, disini teror. Meski yang melakukan berbeda. Disana famili raja, disini tentara, dan pemberontakan. Dan detelah pemberontakan usai di ganti oleh palu arit yang kian hari merajalela menteror bekas pemberontak dan orang-orang Muhammadiyah.”(104:10, Pergolakan)
3.      Analisis Alur
Novel Pergolakan ini menggunakan alur maju karena menceritakan awal mula kehidupan tokoh kemudian kejadian yang dialami hingga akhir cerita yaitu tokoh berhasil selamat dari hal-hal yang terjadi.
Data:
a.       Awal mula kehidupan tokoh
“ABDUL SALAM pergi ketepian jalan kesana berjenjang tinggi beralas batu karang.”(7:1, Pergolakan)
“Guru kita ini lain sekali, kudengar ia dulu sekolah di Padang.”(8:10, Pergolakan)
b.      Petengahan cerita yaitu kejadian-kejadian yang terjadi
“Guru tak punya selera lagi ia tak mau lagi menyentuh hidangan di piringnya. Bahkan air minum yang dia cicip tadi telah menakutkan dia, jangan-jangan telah dibubuhi racun pula. Ia bersandar kedinding.”(16:1, Pergolakan)
“Sutan Parlindungan berkata. “Dikira ada yang melemparkan suluh keatap, Guru!” Guru bangkit tanpa memandang Sutan. “Keterlaluan membakar surau!”(39:8, Pergolakan)
“Baru saja orang sekali jalan sampai di lembah terdengar bumi kemuruh dan kepulan asap tebal dibelakang mereka. Keok ayam, embek kambing, dan rengek anak sekarang dengan jerit lolong orang tua. Guru salam meneteskan air mata sambil menuntun ibunya yang sudah bongkok.”(91:4, Pergolakan)
“Dan kami peringatkan agar jangan lagi mengeluarkan ucapan yang menyinggung begitu karena itu janganlah lagi gur memberi khotbah disana.”(120:4, Pergolakan)
c.       Kejadian yang dialami diakhir cerita
“Setelah Guru turun, acara diakhiri dengan pembacaan Quran untuk kedua kalinya. Surat Ar-rahman, dibacakan oleh seorang putri PGA yang cantik, asal Tinjau laut juga. Melihat gadis ini Guru ingat wajah Aisah 7 tahun berselang nun jauh di udik. Ketika itu jantungnya terus berdebur kencang, karena baru lolos dari lobang maut. Sekarang pun!”(185:4, Pergolakan)

4.      Analisis Setting
Setting Tempat
Data:
a.       Gunung Beringin
“Jalan ke Gunung beringin sejak dari simpangnya di Kampung Roba julu sempit sekali.”(27:5, Pergolakan)
“Pertama, penduduk Gunung beringin ini mudah berhubungan dengan kampung-kampung lain.”(28:5, Pergolakan)
b.      Di Surau baru Gunung beringin
“Guru bermaksud bahwa surau baru itulah nanti pusat gerakannya mengadakan “hasutan” yang lebih besar.”(19:5, Pergolakan)
c.       Tinjau Laut
“Tinjau laut! Tinjau laut! Tunggu! Malin mengernyit “ Oo, ya aku ingat. Guru betul! Boleh juga kita ambil nama itu.”(48:10, Pergolakan)
“SD Tinjau laut diakui sebagai pindahan SD Gunung beringin, dan guru Salam boleh mengajar di Kampung itu.”((52:3, Pergolakan)
d.      Di Kebun
“Bukan main luas kebunmu. Baru saja rasanya aku lalu disini. “Menoleh ingat Guru kan?”(69:8, Pergolakan)
Setting Waktu
a.       Malam hari
“Di kebun para yang gelap berseru-seru murai senja.”(9:12, Pergolakan)
“Guru melihat jalan di keremangan cahaya bintang dan bulan redup.”(14:7, Pergolakan)
b.      Peringatan israk-mikraj
“Peringatan “israk-mikraj” ini bagi dia sebagai perlambang pula akan dimulainya gerakan untuk melakukan pembaharuan kehidupan beragama dan bermasyarakat di kampung itu.”(20:4, Pergolakan)
c.       Pagi hari
“Tepat pukul 7.30 ia menyuruh seorang anak Zakir memukul lonceng.”(31:8, Pergolakan)

5.      Konflik
a.       Konflik Batin
Data:
“Habis, merasa tersindir terus dalam pengajian kita. Mak Haji pernah bilang guru suka berkata tajam dan menyakitkan hati.”(8:4, Pergolakan)
“Guru meras malu sendiri, karena menyimak percakapan orang tanpa setahu mereka. Untung tak ada orang lain disitu.”(9:4, Pergolakan)
“Guru teringat sebentar akan percakapan ditepian apakah mereka sengaja mempercakapkan dia karena tau sedang ditepian sebelah?”(10:3, Pergolakan)
“Sesungguhnya ia marah akan perbuatan itu. Tapi mau berbuat apa? Lagi pula ia jauh dirantau.”(16:6, Pergolakan)
“Ada yang lebih menekan perasaannya lagi, ketika ia pulang bulan puasa dulu ia dipanggil PS ke Air bayang(35:2, Pergolakan)
“Sutan serentak membalik, bergegas masuk sura, ketika memapasi guru Salam dan Malin momet ia tak menegur dan tak berpaling.”(37:10, Pergolakan)
“Guru bangkit, tanpa memandang sutan.”keterlaluan membakar surau!”katanya.”(39:8, Pergolakan)
“Dalam tidurnya ia melihat seekor setan berpeci haji, bertongkat bambu, dan kain serban dibelitkan sekeliling bahu, menyeringai kepadanya ia lari tapi setan itu terus berada dihadapannya.”
“Desah arus sungai terdengar keras, sekilas ia melihat bayangan Aisah diliukan padang lalang datang mendapatkan dia, dan menangis kepadanya.
Kenapa ia tak segera saja kawin? Ia cantik, berbudi halus. Dan guru takkan mungkin!”(61:1, Pergolakan)
“Melihat gadis ini Guru ingat wajah Aisah 7 tahun berselang nun jauh di udik. Ketika itu jantungnya terus berdebur kencang, karena baru lolos dari lobang maut. Sekarang pun!”(185:4, Pergolakan)
b.      Konflik Fisik
“Terdengar bunyi dentuman menggelegar menggaung bergulung menjangkau gunung dan awan bergumpal ia mengucap Allahu Akbar setiap dia dengar kapal memutar, menukik dengan bunyi berdering dan berdesit, disusul dengan gelegar.”(65:1, Pergolakan)
“Ketika pasukan itu beruntun melewati sebuah titian kawan yang panjang mereka diberondong oleh pemberontak dari bukit-bukit sekitar. Tiga tentara jatuh kedungai dan hanyut terapung-apung, sianya luka-luka dan mengundurkan diri kebalik karang dan semak labu siam.”(90:2, Pergolakan)
“Pemberontak melepaskan serentetan tembakan senapan mesin dan setiap orang melepaskan empat peluru dari magazin Garrandnya, lalu mereka menghindar ke udik, sepanjang tepi sungai.”(90:2, Pergolakan)
“Di kebun guru ketika aku lalu dari dari Tanjung kulihat ada orang tergeletak di tepi jalan kekebun guru. Luka berat, kena tembak.”(93:7, Pergolakan)
“Tapi dekat jembatan mereka di hadang empat pemuda. Melihat bentuk badannya dalam gelap merekamengira Bakir ada diantara mereka. Mereka dipukuli dan diterjang, tergeletak beberapa lama diatas jembatan.”(127:4, Pergolakan)
“Beramai-ramai merka menyeret Johan kebendar lalu berbunyi bleb-bleb. Tubuh Johan hanyut mengapung.”(159:4, Pergolakan)
“Kalau Nurdin dan Johan kemarin dihajar hanya dengan tangan dan kaki, sekarang batang kopi dan bambu saikpun ikut berdebam-debam.”(164:4, Pergolakan)
c.       Konflik Politik
“Dan detelah pemberontakan usai di ganti oleh palu arit yang kian hari merajalela menteror bekas pemberontak dan orang-orang Muhammadiyah.”(105:10, Pergolakan)
·         Kesimpulan: Jadi konflik yang terdapat dalam novel pergolakan adalah konflik batin, fisik, dan politik.
6.      Analisis Penokohan
1)      Seorang yang sabar dan tabah menghadapi hidup. Memperjuangkan ajaran agama islam yang benar dan selalu dihormati penduduk baik di Tinjau laut dan di Gunung beringin.
“Tak apa-apa, Esah. ”kata guru, menghela nafas. “untung kau cepat sadar, jiwaku selamat. “ Menarik kaki, berdiri.
Sesungguhnya ia marah akan perbuatan itu. Tapi mau berbuat apa? Lagi pula ia jauh dirantau. Tentu ada yang benci akan kehadirannya di kampung itu. Yang benci itu mestilah pihak H. Saleh atau keluarga kepala kampung.”(16:5, Pergolakan)
“Ketika guru hadir tahlil untuk mendoakan seorang yang baru meninggal, ia takut kalau surau itu runtuh. Begitu hebat teriakan dan rentak yang tahlil ketika mengucapkan “La ilaha ilallah!” terus menerus. Melihat kejadian itu ia mengajak Malin momrt, Zubir, Hasan, dan Jalil orang-orang yang biasa hadir sembahyang berjamaah di surau dan ramah terhadap guru, tak usah keterlaluan begitu mengadakan tahlil. Malahan tak disenangi Tuhan.”(17:1, Pergolakan)
2)      Hindun: Wanita baik ibu Aisah. Ikut dengan ajaran islam yang di berikan guru.
“Dengan berdirinya surau baru kaum bapakpun bias mengadakan pengajian seperti kita sekali tiap minggu, ya kak Rabiah.”(7:7, Pergolakan)
3)      Malin momet; Baik, pengikut guru Salam.
“Entah mereka pergi memenuhi anjuran guru itu, tapi Malin pernah mengusulkan kepada khatib Amran dan imam H. Saleh supaya guru salam diberi kesempatan sekali member khotbah.”(17:3, Pergolakan)
4)      Sutan parlindungan: Ketua kampong di gunung beringin, dan juga baik kepada guru Salam.
“Bagaimana guru, kalau kita makan di rumah saja? Sapa sutan.
“Lain kali sajalah, sutan.”
“Ah, marilah, guru.”(14:1, Pergolakan)
5)      Mak Esah: Perempuan setengah baya yang juga baik kepada guru Salam.
“Taka pa-apa, Esah, “kata guru, menghela nafas “untung kau cepat sadar, jiwaku selamat.”(16:5, Pergolakan)
6)      Aisah: Gadis cantik, berkulit kuning anak Hindun dan Jalil.
“Aisah yang cantik, berkulit kuning seperti ayah-ibunya, muncul membawa hidangan. Tubuhnya kecil, tapi halus dan berisi.”(58:3, Pergolakan)
7)      Hamidah: Istri guru salam. Perempuan yang baik dan setia. Pada suami guru Salam.
“Kau taka pa-apa? Kata Hamidah, menyisih.
“Alhamdulillah taka pa. Midah sedang. Sedang dimana waktu serangan?”(67:4, Pergolakan)
8)      Yusuf: Seorang yang gemuk dan berkulit kuning bersih. Baik dan selalu membantu guru salam.
“Guru tersentak, seorang laki berkopiah gemuk dan berkulit kuning bersih, berhenti di sampingnya, memandang ke sekeliling.
“Oh, kau Yusuf! “Guru bangkit, membuka topi, menyambut salam si tamu. “Hendak kemana ini?”(69:3, Pergolakan)
“Siapa itu”
“Kami, guru. Malin momet, Sutan parlindungan, Yusuf juga.”(142:8, Pergolakan)
“Hadirin jadi bergalau member komentar sendiri. Yusuf mengetokkan palu keras-keras.
“Tenang, saudara! Tenang!” Setelah tenang kembali ia menoleh kepada guru Salam yang duduk disebelah Bahaudin. “Bagaimana pendapat guru?”(149:7, Pergolakan)
9)      Jalil: Baik dan selalu menghormati guru salam seseorang yang bertubuh kekar dan berkulit kuning.
“Ah, bukankah mau hujan, guru? Baik tunggu saja disini. Sudah teduh baru berangkat. Bukankah begitu, Bakar?” (60:5, Pergolakan)
10)  Nurdin: Salah satu orang komunis yang selalu menteror penduduk. Mempunyai perilaku buruk.
“Telah beberapa kali dalam bulan ini anak buah Nurdin hilir mudik di sekitar rumah. Bawa pisau lagi.”(106:4, Pergolakan)
“Nurdin sering membawa kawan-kawan dari Tanjung untuk bermain judi kerumah ayahnya, dan dibiarkan saja.”(108:4, Pergolakan)
11)  Bakir
“Seorang, yang gemuk. Buta huruf dan agak dungu, dia angkat jadi pengawal dan orang keduanya di Tinjau laut.
12)  Johan: Salah satu orang komunis.
“Johan sam[pai bilang: ”apakah guru tak percaya akan kemampuan OPR dan OKR selama ini untuk memelihara keamanan dan ketertiban?”(111:7, Pergolakan)
“Untuk memperluas jaringan palu-arit di daerah itu Johan membentuk cabang SBKB di Tanjung aur.”(112:4, Pergolakan)
13)  Sulaiman: Salah satu orang PKI, memiliki sifat jahat dan buruk.
“Sulaiman tertawa sengir, lalu menyuruh anak buahnya menyeret abangnya keluar. Siddik terus berteriak-teriak; suaranya ditelan angin malam lewat jendela kantor negeri yang terbuka: “kau durhaga, Leman! Kau juga, Bidin! Kalian terkutuk!”(113:4, Pergolakan)
7.      Analisis Amanat
Perjuangan dan kesabaran menghadapi cobaan. Itu dibuktikan dengan perjuangan guru Salam dan penduduk Tijau laut menghadapi pergolakan politik yang berat dan akhirnya berhasil mereka lalui.
Data:
“Ya. Merenung di Gunung beringin dulu ia dan sebagian besar penduduk kena teror terus supaya jangan mengejar kemajuan dan keterbukaan. Di Tinjau laut malahan dapat teror lagi. Hanya sekitar dua bulan dulu ia dan penduduk sini merasa bebas mengadakan pengajian. Sudah itu semua terasa menekan. Sama saja ketika mereka tinggal di Gunung beringin. Disana teror, disini teror. Meski yang melakukan berbeda. Disana famili raja, disini tentara, dan pemberontakan. Dan detelah pemberontakan usai di ganti oleh palu arit yang kian hari merajalela menteror bekas pemberontak dan orang-orang Muhammadiyah.”(104:10, Pergolakan)
Unsur Unsur Ekstrinsik
1.      Agama
Pemurnian ajaran agama islam yang diperjuangkan Guru salam di Gunung beringin.
Data:
“Selama ini kita memberi fitrah hari raya kepada Pak Haji melulu. Zakat biasa juga. Tetapi kata guru mulai sekarang sebaiknya kita kumpulkan, lalu dibagikan kepada yang miskin.”(8:6, Pergolakan)
“Tak usah keterlaluan begitu mengadakan tahlil, malahan tak disenangi tuhan.”(17:3, Pergolakan)
“Lalu ketika ia hadir pertama kali sembayang jum’at ia terkejut melihat khotib Amran hanya membaca naskah dalam bahasa Arab seluruhnya., tak sepatah katapun dalam bahasa Indonesia atau bahasa daerah.”(17:3, Pergolakan)
“Dalam pengajian kaum ibu atau dalam percakapan dengan Malin momet dan kawa-kawan di Surau, guru selalulah menasehatkan agar jangan percaya pada keramat-keramat.”(18:2, Pergolakan)

1 komentar: