Kuliah
Penulisan Editorial & Opini
Menulis dan Mengarang
Menulis dan Mengarang
Ada suatu pandangan tradisional yang
menyebutkan bahwa menulis dan mengarang adalah dua kegiatan yang berbeda, meski
sama-sama berkenaan dengan aspek kebahasaan.
Kegiatan menulis sering diasosiasikan
dengan ilmu yang sifatnya faktual, sedangkan kegiatan mengarang selalu
diasosiasikan dengan karya sastra yang fiksional (Kamandobat 2007). Dengan kata
lain, kegiatan menulis mutlak membutuhkan studi ilmiah, sedangkan kegiatan
mengarang tidak.
Pandangan
tersebut tentu tidak benar. Kita tentu ingat novel "Da Vinci Code"
yang menggemparkan. Lalu kita juga mungkin
masih ingat "The Origin of Species" karya Charles Darwin.
Keduanya berasal dari
ranah yang berbeda, namun masing-masing disajikan dengan bahasa yang
terkesan ilmiah dan literer.
Akan tetapi, ada satu
hal yang membedakan keduanya. Yakni dalam hal penekanannya.
Meskipun sebuah karya
tulis disajikan dengan bahasa literer, bila penekanannya menjurus ke bidang
keilmuan -- termasuk ilmu sastra -- kita bisa mengelompokkannya ke dalam
kegiatan menulis.
Demikian sebaliknya,
kegiatan menghasilkan karya tulis yang lebih bernuansa fiktif, meski terkesan
faktual, bisa disebut sebagai kegiatan mengarang.
Menulis Artikel
Ada sejumlah pengertian mengenai artikel. Berikut beberapa di antaranya.
Ada sejumlah pengertian mengenai artikel. Berikut beberapa di antaranya.
Artikel merupakan karya tulis
lengkap, misal laporan berita atau esai di majalah, surat kabar, dan
sebagainya. (KBBI 2002: 66).
Artikel adalah sebuah karangan
prosa yang dimuat dalam media massa, yang membahas isu tertentu, persoalan,
atau kasus yang berkembang dalam masyarakat secara lugas. (Tartono 2005: 84).
Artikel merupakan:
1. karya tulis atau
karangan
2. karangan nonfiksi
3. karangan yang tak
tentu panjangnya
4. karangan yang
bertujuan untuk meyakinkan, mendidik, atau
menghibur
5. sarana penyampaiannya
adalah surat kabar, majalah, dan
sebagainya
6. wujud karangan berupa
berita atau "karkhas" (karangan khas).
(Pranata 2002: 120).
MENULIS SECARA ILMIAH POPULER
Pada dasarnya, ada beberapa jenis model penulisan artikel.
Model-model
tersebut bisa dikelompokkan kepada tingkat kerumitannya. Model yang paling
mudah ialah model penulisan populer.
Tulisan
populer biasanya
tulisan ringan yang tidak "njelimet" dan bersifat hiburan.
Termasuklah di dalamnya gosip. Selain itu, bahasa yang digunakan juga cenderung
bebas. (perhatikan, misalnya, bahasa yang digunakan di majalah GetFresh!).
Model yang paling sulit ialah penulisan
ilmiah. Model ini mensyaratkan objektivitas dan kedalaman pembahasan, dukungan
informasi yang relevan, dan biasa diharapkan menjelaskan "mengapa"
atau "bagaimana" suatu perkara itu terjadi, tanpa pandang bulu dan
eksak. (Soeseno 1982: 2).
Dari aspek bahasa, tentu saja tulisan
ilmiah mensyaratkan bahasa yang baku. Meski demikian, Artikel Ilmiah Populer
adalah salah satu model penulisan yang berada di tengah-tengahnya. Model ini
merupakan perpaduan penulisan populer dan ilmiah.
Istilah ini mengacu pada tulisan yang
bersifat ilmiah, namun disajikan dengan cara penuturan yang mudah dimengerti.
(Soeseno 1982: 1; Eneste 2005: 171).
JENIS-JENIS ARTIKEL
Ada beberapa jenis artikel berdasarkan dari
siapa yang menulis dan fungsi atau kepentingannya (Tartono 2005: 85-86).
Berdasarkan penulisnya, ada artikel
redaksi dan artikel umum.
Artikel
redaksi ialah
tulisan yang digarap oleh redaksi di bawah tema tertentu yang menjadi isi
penerbitan.
Sedangkan artikel umum merupakan tulisan yang ditulis oleh umum (bukan
redaksi). Sedangkan
dari segi fungsi atau kepentingannya, ada artikel khusus dan artikel sponsor. Artikel khusus adalah nama lain dari artikel redaksi. Sedangkan artikel sponsor ialah artikel yang
membahas atau memperkenalkan sesuatu.
MULAI MENULIS ARTIKEL
A. Menguji Gagasan
Prinsip paling dasar dari melakukan
kegiatan menulis ialah menentukan atau memastikan topik atau gagasan apa yang
hendak dibahas. Ketika sudah menentukan gagasan tersebut, kita bisa melakukan
sejumlah pengujian. Pengujian ini terdiri dari lima tahap sebagai berikut
(Georgina dalam Pranata 2002: 124; band. Nadeak 1989: 44).
1. Apakah gagasan itu
penting bagi sejumlah besar orang?
2. Dapatkah gagasan ini
disempitkan sehingga memunyai fokus
yang tajam?
3. Apakah gagasan itu
terikat waktu?
4. Apakah gagasan itu
segar dan memiliki pendekatan yang unik?
5. Apakah gagasan itu
akan lolos dari saringan penerbit?
B. Pola Penggarapan Artikel
Ketika hendak menghadirkan artikel, kita tidak hanya diperhadapkan pada satu kemungkinan. Soeseno (1982: 16-17) memaparkan setidaknya lima pola yang bisa kita gunakan untuk menyajikan artikel tersebut. Berikut kelima pola yang dimaksudkan:
Ketika hendak menghadirkan artikel, kita tidak hanya diperhadapkan pada satu kemungkinan. Soeseno (1982: 16-17) memaparkan setidaknya lima pola yang bisa kita gunakan untuk menyajikan artikel tersebut. Berikut kelima pola yang dimaksudkan:
1. Pola pemecahan topik
Pola ini memecah topik yang masih berada
dalam lingkup pembicaraan yang ditemakan menjadi subtopik atau bagian-bagian
yang lebih kecil dan sempit kemudian menganalisa masing-masing.
2. Pola masalah dan pemecahannya
Pola ini lebih dahulu mengemukakan masalah
(bisa lebih dari satu) yang masih berada dalam lingkup pokok bahasan yang
ditemakan dengan jelas. Kemudian menganalisa pemecahan masalah yang dikemukakan
oleh para ahli di bidang keilmuan yang bersangkutan.
3. Pola kronologi
Pola ini menggarap topik menurut urut-urutan peristiwa yang terjadi.
Pola ini menggarap topik menurut urut-urutan peristiwa yang terjadi.
4. Pola pendapat dan alasan pemikiran
Pola ini baru dipakai
bila penulis yang bersangkutan hendak mengemukakan pendapatnya sendiri tentang
topik yang digarapnya, lalu menunjukkan alasan pemikiran yang mendorong ke arah
pernyataan pendapat itu.
5. Pola pembandingan
Pola ini membandingkan
dua aspek atau lebih dari suatu topik dan menunjukkan persamaan dan
perbedaannya. Inilah pola dasar yang paling sering dipakai untuk menyusun
tulisan.
Kelima
pola penggarapan artikel di atas dapat dikombinasikan satu dengan yang lain
sejauh dibutuhkan untuk menghadirkan sebuah tulisan yang kaya.
1.
Menulis Bagian Pendahuluan
Untuk bagian pendahuluan, setidaknya ada
tujuh macam bentuk pendahuluan yang bisa digunakan (Soeseno 1982: 42). Salah
satu dari ketujuh bentuk pendahuluan berikut ini dapat kita jadikan alternatif
untuk mengawali penulisan artikel kita.
a.
Ringkasan
Pendahuluan berbentuk ringkasan ini
nyata-nyata mengemukakan pokok isi tulisan secara garis besar.
b.
Pernyataan yang menonjol
Terkadang disebut juga sebagai
"pendahuluan kejutan", diikuti kalimat kekaguman untuk membuat
pembaca terpesona.
c.
Pelukisan
Pendahuluan yang melukiskan suatu fakta,
kejadian, atau hal untuk menggugah pembaca karena mengajak mereka membayangkan
bersama penulis apa-apa yang hendak disajikan dalam artikel itu nantinya.
d.
Anekdot
Pembukaan jenis ini sering menawan karena
memberi selingan kepada nonfiksi, seolah-olah menjadi fiksi.
e.
Pertanyaan
Pendahuluan ini merangsang keingintahuan
sehingga dianggap sebagai pendahuluan yang bagus.
f.
Kutipan orang lain
Pendahuluan berupa kutipan seseorang dapat
langsung menyentuh rasa pembaca, sekaligus membawanya ke pokok bahasan yang
akan dikemukakan dalam artikel nanti.
g.
Amanat langsung
Pendahuluan berbentuk amanat langsung
kepada pembaca sudah tentu akan lebih akrab karena seolah-olah tertuju kepada
perorangan.
Menulis Pendahuluan
Meskipun
merupakan pendahuluan, bagian ini tidaklah mutlak ditulis pertama kali.
Mengingat tugasnya untuk memancing minat dan mengarahkan pembaca ke arah
pembahasan, sering kali menulis bagian pendahuluan ini menjadi lebih sulit
daipada menulis judul atau tubuh tulisan. Oleh karena itu, Soeseno (1982: 43)
menyarankan agar menuliskan bagian lain terlebih dahulu.
Menulis Bagian Pembahasan atau Tubuh Utama
Bagian ini disarankan dipecah-pecah menjadi
beberapa bagian. Masing-masing dibatasi dengan subjudul-subjudul. Selain
memberi kesempatan agar pembaca beristirahat sejenak, subjudul itu juga
bertugas sebagai penyegar, pemberi semangat baca yang baru (Soeseno 1982: 46).
Oleh karena itu, ada baiknya subjudul tidak ditulis secara kaku. Pada
bagian ini, kita bisa membahas topik secara lebih mendalam. Uraikan
persoalan yang perlu dibahas, bandingkan dengan persoalan lain bila diperlukan.
Menutup Artikel
Kerangka besar terakhir dalam suatu karya
tulis ialah penutup. Bagian ini biasanya memuat simpulan dari isi tulisan
secara keseluruhan, bisa juga berupa saran, imbauan, ajakan, dan sebagainya
(Tartono 2005: 88).
Ketika hendak mengakhiri tulisan, kita
tidak mesti terang-terangan menuliskan subjudul berupa "Penutup" atau
"Simpulan". Penutupan artikel bisa kita lakukan dengan menggunakan
gaya berpamitan (Soeseno 1982: 48). Gaya pamit itu bisa ditandai dengan
pemarkah seperti "demikian", "jadi", "maka",
"akhirnya", dan bisa pula berupa pertanyaan yang menggugah pembaca.
Pemeriksaan Isi Artikel
Ketika selesai menulis artikel,
hal selanjutnya yang perlu kita lakukan ialah melakukan pemeriksaan menyeluruh.
Untuk
meyakinkan bahwa tulisan yang kita hasilkan memang baik, kita harus rajin
memeriksa tulisan kita. Untuk memudahkan pengoreksian artikel, beberapa
pertanyaan berikut perlu kita jawab (Pranata 2002: 129-130).
Untuk pembukaan, misalnya, apakah kalimat
pembuka bisa menarik pembaca? Dapatkah pembaca mulai mengerti ide yang kita
tuangkan? Jika tulisan kita serius, adakah kata-kata yang sembrono? Apakah
pembukaan kita menyediakan cukup banyak informasi?
Untuk isi atau tubuh, apakah kalimat
pendukung sudah benar-benar mendukung pembukaan? Apakah masing-masing
kalimat berhubungan dengan ide pokok? Apakah ada urutan logis antarparagraf?
Untuk simpulan, apakah disajikan dengan
cukup kuat? Apakah
mencakup semua ide tulisan? Bagaimana reaksi kita terhadap kata-kata dalam
simpulan tersebut? Sudah cukup yakinkah kita bahwa pembaca pun akan memiliki
reaksi seperti kita? Jika kita menjawab
"tidak" untuk tiap pertanyaan tersebut, berarti kita perlu merevisi
artikel itu dengan menambah, mengganti, menyisipi, dan menulis ulang bagian yang salah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar